fb

Dec 23, 2010

Bahagiakan Pasangan Anda

Salah satu kebahagiaan adalah ketika melihat orang yang kita cintai bahagia. Kebahagiaan jenis ini tingkatnya lebih tinggi dari kebahagiaan yang bersifat individual. Boleh jadi, ini masuk dalam kategori kebahagiaan sosial.

Tidak mudah untuk memperoleh kebahagiaan jenis ini. Apalagi bagi mereka yang bersifat egois. Semua kebahagiaannya diukur dari kebahagiaan diri sendiri. Orang yang demikian adalah tipikal 'pemburu kebahagiaan,' yang justeru tidak pernah menemui kebahagiaan.


Berumah tangga adalah sebuah cara untuk memperoleh kebahagiaan, dengan cara membahagiakan pasangan kita. Isteri atau suami. Mampukah itu terjadi? Mampu, ketika berumah tangga dengan berbekal cinta. Bukan sekadar berburu cinta. Apakah ada bezanya?

Berbekal cinta, bererti kita mencintai pasangan kita. Ingin memberikan sesuatu kepada pasangan agar ia merasa bahagia. Sedangkan berburu cinta, bererti kita menginginkan untuk dicintai. Menginginkan sesuatu dari pasangan kita, sehingga kita merasa bahagia.

Menurut anda, manakah yang lebih baik? Mengejar cinta atau memberikan cinta? Mengejar kebahagiaan ataukah memberikan kebahagiaan? Mengejar kepuasan ataukah memberikan kepuasan? Mana yang bakal membahagiakan, yang pertama ataukah yang kedua?

Ternyata, yang kedua. Mengejar cinta hanya akan mendorong anda untuk berburu sesuatu yang tidak pasti. Yang tidak pernah anda raih. Kerana, keinginan adalah sesuatu yang tidak pernah ada habisnya. Apalagi keserakahan.

Hari ini anda merasa memperoleh cinta dari pasangan anda, maka berikutnya anda akan merasa tidak puas. Dan ingin memperoleh yang lebih dari itu. Sudah memperoleh lagi, berikutnya anda akan ingin lebih lagi.

Ini hampir tak ada bezanya dengan ingin mengejar kesenangan dengan cara memiliki kereta atau rumah. Ketika kita masih miskin, kita mengira akan senang memiliki motorsikal berharga 2-3 ribu ringgit. Kita berusaha mengejarnya. Lantas memperolehnya. Dan kita memang senang.


Tapi, tak berapa lama kemudian, kita menginginkan untuk memiliki kereta yang berharga puluhan ribu. Motorsikal yang telah kita miliki itu tidak lagi menyenangkan, atau apalagi membahagiakan.

Benak kita terus menerus terisi oleh bayangan betapa senangnya memiliki kereta berharga puluhan ribu. Jika kemudian kita MAMPU memenuhi keinginan itu, kita pun merasa senang. Tetapi, ternyata itu tidak lama.
Benak kita bakal segera terisi oleh bayangan-bayangan, betapa senangnya memiliki kereta yang lebih besar dan harganya lebih juga ya. Begitulah seterusnya. Cuba rasakan hal ini dalam kehidupan anda, maka anda akan merasakan dan membenarkannya.

Kesenangan dan kebahagiaan itu bukan anda peroleh dengan cara mengejarnya, melainkan dengan cara merasakan apa yang sudah anda miliki. Dan jika anda mensyukurinya, maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya pada perubahan yang datang berikutnya.

Anda tidak perlu mengejar kebahagiaan, kerana anda sudah menggenggamnya. Yang perlu anda lakukan sebenarnya adalah memberikan perhatian kepada apa yang sudah anda miliki. Bukan melihat dan mengejar sesuatu yang belum anda punyai. Semakin anda memberikan perhatian kepada apa yang telah anda miliki, maka semakin terasa nikmatnya memiliki. Jadi, kuncinya bukan mengejar, melainkan memberi. Demikian pula dalam berumah tangga. Jika kita ingin memperoleh kebahagiaan, caranya bukan dengan mengejar kebahagiaan itu. Melainkan dengan memberikan kebahagiaan kepada pasangan kita. Bukan mengejar cinta, melainkan memberikan cinta. Bukan mengejar kepuasan, melainkan memberikan kepuasan.

Maka anda bakal memperoleh kebahagiaan itu dari dua arah. Yang pertama, anda akan memperolehnya dari pasangan anda. Kerana merasa dibahagiakan, ia akan membalas memberikan kebahagiaan. Yang kedua, kebahagiaan itu bakal muncul dari dalam diri anda sendiri. Ketika kita berhasil memberikan kepuasan kepada pasangan kita, maka kita bakal merasa puas. Ketika berhasil memberikan kesenangan kepada partner kita, maka kita pun merasa senang. Dan ketika kita berhasil memberikan kebahagiaan kepada isteri atau suami kita, maka kita pun merasa bahagia.

Ini, nikmatnya bukan main. Jumlah dan kualitinya terserah pada anda. Ingin lebih bahagia, maka bahagiakanlah pasangan anda. Ingin lebih senang, maka senangkanlah pasangan anda lebih banyak lagi. Terserah anda, minta kesenangan, kepuasan, ataupun kebahagiaan sebesar apa. Kerana kuncinya ada di tangan anda sendiri. Semakin banyak memberi semakin nikmat rasanya.

Anda yang terbiasa egois dan mengukur kebahagiaan dari kesenangan peribadi, akan perlu waktu untuk menyelami dan merenungkan kalimat-kalimat di atas.

Contoh yang lebih konkrit adalah perkahwinan dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Perkahwinan semacam ini sungguh membuat menderita pihak yang tidak mencintai. Padahal ia dicintai. Segala keperluannya dipenuhi oleh pasangannya. Katakanlah ia pihak wanita. Segala keperluan sang wanita selalu dipenuhi oleh suaminya. Rumah ada. Kereta tersedia. Pakaian, perhiasan, dan segala keperluan semuanya tercukupi. Tetapi ia tidak pernah merasa bahagia. Kenapa? Kerana tidak ada cinta di hatinya.

Sebaliknya, sang suami merasa bahagia, kerana ia mencintai isterinya. Ia merasa senang dan puas ketika mapu membelikan rumah. Ia juga merasa senang dan puas ketika mampu membelikan kereta.

Dan ia senang serta puas ketika mampu memenuhi segala keperluan isteri yang dicintainya itu. Semakin cinta ia, dan semakin banyak ia memberikan kepada isterinya, maka semakin bahagialah sang suami. Kalau ia benar-benar cinta kepada isterinya, maka ukuran kebahagiaannya berada pada kebahagiaan si isteri. Jika isterinya bahagia, ia pun merasa bahagia. Jika isterinya menderita, maka ia pun merasa menderita.


Akan berbeza halnya, jika si suami tidak mencintai isteri. Ia sekadar menuntut isterinya agar mencintainya. Memberikan kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan kepadanya. Ketika semua itu tidak sesuai dengan keinginannya, maka ia bakal selalu merasa tidak bahagia.

Sebaliknya, jika isteri tersebut kemudian mampu mencintai suaminya – kerana kebaikan yang diberikan terus menerus kepadanya - maka si isteri itu juga bakal memperoleh kebahagiaan kerananya.

Pelayanan yang tadinya dilakukan dengan terpaksa terhadap suaminya, kini berganti dengan rasa ikhlas dan cinta. Tiba-tiba saja dia merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada terkira.

Kalau dulu ia memasakkan suami dengan rasa enggan dan terpaksa, misalnya, kini ia melakukan dengan senang hati dan berbunga-bunga. Kalau dulu ia merasa tersiksa ketika melayani suami di tempat tidur, kini ia merasakan cinta yang membara.

Ya, tiba-tiba saja semuanya jadi terasa berbeza. Penuh nikmat dan bahagia. Padahal seluruh aktiviti yang dia lakukan sama saja. Apakah yang membezakannya? Rasa cinta!

Ketika 'berbekal cinta', semakin banyak ia memberi, semakin banyak pula rasa bahagia yang diperolehnya. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa yang bahagia itu sebenarnya bukanlah orang yang dicintai, melainkan orang yang mencintai. Orang yang sedang jatuh cinta...

Kerana itu keliru kalau kita ingin dicintai. Yang harus kita lakukan adalah mencintai pasangan. Semakin besar cinta kita kepadanya, semakin bahagia pula kita kerananya. Dan yang ke dua, semakin banyak kita memberi untuk kebahagiaan dia, maka semakin bahagialah kita....

Begitulah mestinya rumah tangga kita. Bukan saling menuntut untuk dibahagiakan, melainkan saling memberi untuk membahagiakan. Kerana di situlah kunci kebahagiaan yang sebenar-benarnya memberikan kebahagiaan.

No comments:

Post a Comment